Paginya aku bangun dan menatap hp yang tergeletak dengan
layar hitam. Aku bangkit dari tidur dan mengambil casingnya dari dalam tas.
Begitu aku cas dan menyalakan layarnya. Aku agak menatap dingin banyaknya
jumlah panggilan dari Iday. Selain itu ada beberapa sms ia yang berderet samapi
aku membaca dan membukanya satu per satu. Usai tau, aku letakkan kembali hpnya
dan meninggalkannya di samping jendela.
Hal bodoh dari insiden itu adalah kami sama-sama murni
benar-benar salahpaham. Saat itu, secara bersamaan ia sedang badmood dengan
temannya. Sehingga status yang ia buat itu sengaja dilayangkan untuk temannya
bukan untuk aku. Dan pada akhirnya, kami sama-sama tertawa membodohi pikiran
dangkal yang kami pikirkan saat itu. Alhasil, tantangan itu tak berakhir selama
sebulan. Hanya Sembilan hari. Iday mendapat hukuman dan aku mendapat hadiah
darinya. Pulsa 50ribu yang aku dapat darinya sebagai hukuman. Lumayan, nggak
ngisi pulsa sebulan. Hahaha ... senangnya aku saat itu (Iday, maaf ya! Aku ‘kan
juga nggak tau kalau dikasih pulsa segitu. Aku nggak ada maksud manfaatin kamu
lho!).
Cerita ini masih berlanjut lho (emang sinetron
aja yang punya episode panjang). Well, memasuki bulan Desember, aku memberikan
tantangan lagi ke Iday. Apa tantangannya? Nggak komunikasi selama
seminggu. Hari sabtu, baru deh kita
ngoceh ngalor-ngidul. Sabtu di minggu pertama bulan Desember, aku emang rada
nggak enak badan. Kepalaku puyeng minta ampun. Tetapi, aku emang udah ngasih
hadiah khusus ke Iday biar ia nggak galau ditinggal 6 hari sama aku. Hadiahnya
adalah jreng ... jeng ... jeng ... jeng .... Eh, bukan itu lho, maksudnya 3
buah fotoku yang kukirim lewat email. Seneng seneng dah itu Iday.-bersambung...