Ok! Sekarang
fokus ngomongin Iday. Iday itu siapa sih? Iday itu temenku saat SD. Baru saja kembali bertemu denganku setelah
hampir dua belas tahun tidak saling berkomunikasi. Berawal
dari sebuah pesan jejaring
social, Iday menyapaku. Sejak saat itulah kami berkomunikasi. Sampai suatu hari iday meminta ijin dariku agar ia bisa mendapatkan nomer handphoneku. Dengan alasan agar bisa berkomunikasi lancar denganku. aku
pun menyetujuinya. Walau saat itu ia tak tahu, kalau aku sudah memiliki nomernya. saat Iday menerima nomerku, iday segera mengirimkan sebuah sms untukku. Esoknya
Iday bertanya padaku apakah aku
sudah menerima pesan darinya?
aku menjawab tidak ada pesan satu pun darinya yang masuk ke handphoneku. Iday bingung begitu juga denganku. saat aku membuka
pesan di jejaring social, ternyata aku baru menyadari bahwa aku telah salah
memberikan nomerku. aku langsung memberitahunya (hahaha... bego bener
aku). Dan dengan rasa bersalah, berulang kali aku
meminta maaf padanya. Iday
tak marah dan mengatakan tidak
apa-apa.
Sejak saat itu ia selalu memberi salam, menayakan aku
sedang apa, sudahkah aku makan atau belum? aku selalu menjawab pertanyaannya. Kita sama-sama berwirausaha, sama-sama suka
membaca, sama-sama menyukai fotografi, sama-sama suka telat makan (telat
makan kok dikatain sama. aneh -_-).
Ada banyak
hal yang sama dalam diri kita. Aku sendiri akhirnya baru tahu apa makanan yang tak ia sukai. Ikan bandeng dan hati sapi. Kalau
ikan bandeng aku memang tidak suka. Tetapi untuk hati sapi, itu bisa dibilang makanan
favoritku. Hobimu memancing dan fotografer. Untuk masalah fotografer aku suka. ibarat kata,
aku bisa ikut melihat suatu objek benda atau tempat yang belum aku singgahi
dari hasil huntingnya. Tetapi untuk memancing, aku
tidak begitu tertarik. Membuang-buang waktu yang kalau orang bilang itu adalah
hal untuk melatih kesabaran.
Sampai suatu hari Iday meminta ijin untuk mendapatkan fotoku.
Aku sempat
untuk berpikir dulu, apakah harus aku beri atau tidak. Jujur saja, aku bukan
orang narsis yang selalu memamerkan fotoku di depan public. Kalau pun aku ingin
berfoto, hasilnya pasti akan
kusimpan sendiri tanpa ada yang tahu satu pun. Alhasil, aku berikan satu
foto padanya yang kukirim lewat e-mail.
-bersambung...