tentangnya part 2

    Author: Unknown Genre: »
    Rating


    Ok! Sekarang fokus ngomongin Iday. Iday itu siapa sih? Iday itu temenku saat SD. Baru saja kembali bertemu denganku setelah hampir dua belas tahun tidak saling berkomunikasi. Berawal dari sebuah pesan jejaring social, Iday menyapaku. Sejak saat itulah  kami berkomunikasi. Sampai suatu hari iday meminta ijin dariku agar ia bisa mendapatkan nomer handphoneku. Dengan alasan agar bisa berkomunikasi lancar denganku. aku pun menyetujuinya. Walau saat itu ia tak tahu, kalau aku sudah memiliki nomernya. saat Iday menerima nomerku, iday segera mengirimkan sebuah sms untukku. Esoknya Iday bertanya padaku apakah aku sudah menerima pesan darinya? aku menjawab tidak ada pesan satu pun darinya yang masuk ke handphoneku. Iday bingung begitu juga denganku. saat aku membuka pesan di jejaring social, ternyata aku baru menyadari bahwa aku telah salah memberikan nomerku. aku langsung memberitahunya (hahaha... bego bener aku). Dan dengan rasa bersalah, berulang kali aku meminta maaf padanya. Iday tak marah dan mengatakan tidak apa-apa.
    Sejak saat itu ia selalu memberi salam, menayakan aku sedang apa, sudahkah aku makan atau belum? aku selalu menjawab pertanyaannya. Kita sama-sama berwirausaha, sama-sama suka membaca, sama-sama menyukai fotografi, sama-sama suka telat makan (telat makan kok dikatain sama. aneh -_-). Ada banyak hal yang sama dalam diri kita. Aku sendiri akhirnya baru tahu apa makanan yang tak ia sukai. Ikan bandeng dan hati sapi. Kalau ikan bandeng aku memang tidak suka. Tetapi untuk hati sapi, itu bisa dibilang makanan favoritku. Hobimu memancing dan fotografer. Untuk masalah fotografer aku suka. ibarat kata, aku bisa ikut melihat suatu objek benda atau tempat yang belum aku singgahi dari hasil huntingnya. Tetapi untuk memancing, aku tidak begitu tertarik. Membuang-buang waktu yang kalau orang bilang itu adalah hal untuk melatih kesabaran.
    Sampai suatu hari Iday meminta ijin untuk mendapatkan fotoku. Aku sempat untuk berpikir dulu, apakah harus aku beri atau tidak. Jujur saja, aku bukan orang narsis yang selalu memamerkan fotoku di depan public. Kalau pun aku ingin berfoto, hasilnya pasti akan kusimpan sendiri tanpa ada yang tahu satu pun. Alhasil, aku berikan satu foto padanya yang kukirim lewat e-mail.

    -bersambung...

    Leave a Reply