Aku pernah bertanya apa
yang sedang Iday lakukan. Ia
membalas dengan jawaban yaitu sedang
bersms ria denganku. Aku pernah meminta ia untuk
berkomunikasi dengan perempuan yang lain. Tapi Iday tidak mau. Aku terkesan ngotot memaksamu tapi ia tetap teguh pada pendiriannya. Entah apa yang ia ucapkan itu benar atau tidak, aku pun tidak tahu.
Toh, aku
bukan maha tahu dan maha melihat. Iday pernah berkata kalau kemungkinan ia menyukaiku sejak kami
masih kecil. Saat kami sama-sama duduk di
bangku SD. Tapi aku sendiri hampir lupa dengan rupanya.
Aku juga pernah melihat fotonya dengan orang lain. Tapi aku cuek saja.
Membicarakan soal foto, aku memintanya mengirimkan foto saat ia pergi memancing. Iday pun
menerima permintaanku tanpa banyak bicara dan bertanya. Ia iyakan saja apa yang kupinta. sampai aku
mendapatkan email darinya
yang berisi empat buah lembar foto. Aku tertawa mengakak tidak karuan seperti
orang gila. Melihat wajahnya yang seperti
bakpao atau bundar seperti
lingkaran (bundar=lingkaran. Sama aja ‘kan. Aneh lagi). Memang benar dugaanku semula, bahwa aku memang
sudah berfirasat kalau wajahnya bundar. Aku tertawa sampai perutku sakit dan menangis. Sungguh jauh berbeda dari foto sebelumnya yang
sudah aku simpan dalam file rahasia agar tidak ada seorang pun yang tahu dimana
letaknya (dilakukan secara diam-diam tanpa sepengetahuan Iday.
Hihihi...).
Ada rasa rindu, ada pula
rasa kesal tiap ia mengsmsku.
Rindu jika
tidak ada barang sehari ia
memberi kabar. Tapi kesal juga setiap ia
tanya aktifitasku. Aktifitasku selalu sama, tidak ada yang berbeda. bagun tidur,
sholat, bebersih, mandi, pergi kerja, mengetik naskah, makan siang yang digabung
dari pagi, sholat lagi, mengetik lagi, sampai tiba waktu malam, kuistirahatkan
Eika. Lapy kesayanganku.