Hari ini, tepat malam
minggu di minggu kedua (sejak pertemuan kembali). Aku ingin sekali mengabaikan panggilannya. Aku ingin mengetahui seberapa besarnya ia menyukaiku. Aku masih belum bisa memastikan rasa suka yang
ia miliki itu benar-benar
sayang dan cinta. Aku ingin menguji seberapa besar ia sabar menghadapiku. Ini masih ujian, aku
ingin tahu apakah ia lulus
atau tidak.
Pernah aku mengajukan tantangan padanya untuk tidak
berkomunikasi selama sebulan. Tanpa berpikir terlalu lama, ia menyanggupi
tantanganku dengan hukuman memberi pulsa jika sebelum masa tantangan berakhir.
Yah... sepi memang. Hanya bisa melihat kabarnya dari fb. Bahkan disaat-saat itu
juga (masa tantangan) aku selalu bercerita tentangnya pada 2 orang teman
melalui grup rahasia. 2 temanku mendukung dan berharap apa yang aku rasakakan
itu benar-benar sungguh perasaan yang berasal dari hati dan bukan perasaan
kagum yang selama ini aku rasakan (entah sudah berapa orang yang kukagumi).
Insiden tantangan itu akhirnya muncul dihari ke-9. Terjadi
salah paham dari fb yang kutulis. Sehingga ia melanggar tantangan yang kubuat.
Iday mengsmsku. Aku enggan untuk membalasnya dan hanya bisa mengatakannya dari
status fbku. Berharap ia mengerti tapi ternyata tidak. Iday marah-marah. Aku
jelas syok dan terpaksa membalas smsnya. Menulis pesan padanya, kalau ia marah
aku bisa terima dan mungkin lebih baik berakhir sampai di detik itu juga
hubungan kami (heh? Hubungan yang kayak apa ya? Aku sendiri bingung. TTMkah?
Jiaah...). Iday tak tau kalau saat itu aku benar-benar terpukul dan menangis di
atas kasur. Terisak-isak sambil membodohi sikapnya (kalau Iday sampai baca
tulisan ini, tong sampah pun percuma kujadikan tempat tuk bersembunyi.
Wahahaha... pasti malunya minta ampun >.<) sampai Iday menelponku pun aku
enggan menjawabnya. Tak tau apa yang harus aku ucapkan. Selain itu hpnya juga
lowbat, kujawab juga percuma. Kumatikan saja hpnya karna terus bergetar di
samping bantalku.